Handphone Rusak.
Minggu ini adalah minggu terakhir liburan. Ehm, salah. Tiga hari ke depan terhitung sejak hari ini adalah tiga hari terakhir liburan. Selama liburan kemarin, nggak banyak hal yang terjadi, kebanyakan cuma di rumah aja. Memang sih, salah satu arti liburan menurutku adalah di rumah dengan gawai dan internet cepat. Hemat uang, hemat waktu dan hemat tenaga. Mantap!
Tapi di tengah-tengah liburan yang damai kemarin, handphone-ku, yang nggak diberi nama itu, rusak. Memang nggak sepenuhnya rusak dan jadi nggak bisa dipakai sama sekali, tapi kerusakannya bisa jadi lumayan parah. Bisa jadi. Untungnya nggak.
Berawal dari beberapa bulan yang lalu, di saat layar bagian kiri tengah dari HP semakin lama semakin terangkat. Setelah sukses regang dan membuat bentuk lengkungan, tak lama peregerakannya pun berhenti.
Tibalah pada suatu malam tiga minggu yang lalu, saat asyik nonton YouTube, tiba-tiba muncul bunyi ‘krek’ cukup keras dari handphone. Sekarang sisi kiri atas layar berhasil terbuka dengan indahnya.
Tapi ternyata dan anehnya, dengan kondisi layar mangap, tombol home handphone yang telah rusak dari beberapa bulan yang lalu berfungsi kembali. Yeah! Karena nggak terlalu penting buat dipikirin lebih lanjut, maka aku lupakan saja kejadian malam itu.
Tapi besok siangnya, baru aja handphone-nya dipakai sebentar, layarnya tiba-tiba kebuka semakin parah dan komponen bagian dalam handphone-nya sekarang kelihatan. Saat itu layarnya cuma lengket di bagian kanan bawah, sedangkan yang lainnya sudah melayang.
Sayangnya saat itu nggak kepikiran untuk difoto. Lumayan kan buat jadi topik kalau kehabisan bahan obrolan. ‘Bro, kemarin handphone gue kemarin layarnya melayang lho.’ Meskipun kemungkinan besar hanya dibalas ‘Oh.’ atau ‘Bodo amat!’ kalau ngomongnya ke teman dekat. Teman dekat dan musuh memang sulit dibedakan.
Balik lagi ke topik, kalau mau tahu bentuknya, bayangin aja HP yang layarnya setengah melayang, atau lebih gampang cari fotonya aja di Google. Jangan malas, generasi muda. :))
Setelah dibiarin dua minggu, Senin lalu akhirnya dibawa juga ke service center. Setelah ditelusuri, ternyata kerusakan itu terjadi hanya karena baterai yang menggelembung, dan bisa diperbaiki dengan menggantinya dengan baterai baru.
Proses mengganti baterainya sendiri ternyata nggak makan terlalu banyak waktu. Yang aku kira bakal sampai lebih dari dua jam nyatanya cuma butuh empat puluh lima menit sudah termasuk nge-charge baterai yang baru sampai setengah penuh.
Karena malas nunggu satu jam lagi cuma buat membersihkan layar setelah lemnya kering, mending langsung dibawa pulang dan dibersihkan sendiri di rumah.
Dikasih juga baterai bekasnya:

Bukan, ini bukan handphone-nya.
Kejadian baterai menggelembung seperti ini ternyata nggak jarang terjadi sih. Di internet, bahkan kakakku sendiri pernah mengalaminya. Menurut pengakuan pemilik service center, dia melayani penggantian baterai rusak kurang lebih lima kali per hari. Kalau misalnya satu kali ganti itu kira-kira 350 ribu, 5 kali ganti berarti 1 juta 750 ribu. Satu bulan sudah dapat 52 juta 500 ribu cuma buat kasus baterai. Ternyata untungnya besar juga buka service center handphone. Eh, bentar-bentar, kok ujungnya jadi kayak gini. Fokus!
Penyebab dari rusaknya baterai kurang lebih karena baterainya itu terbungkus semacam kantong tertutup. Karena sering di-overcharge, akhirnya gas di dalam baterai mengembang karena terlalu panas. Pintar kan? Iyalah, udah riset dulu, walaupun dari Google.
Untuk satu minggu pertama ini sih, masih normal-normal aja. Belum pernah overcharge dan belum ada tanda-tanda akan rusak lagi. Tapi sebentar lagi mungkin semua akan berubah, berhubung liburan telah usai dan kembali masuk sekolah. Well, we’ll see…